Selasa, 07 April 2009

Kenapa Asumsi Makro Berubah?

Diskusi dihadiri oleh Sekretaris BKF, Kepala Pusat Kebijakan Belanja Negara, para Pejabat dan Pegawai Badan Kebijakan Fiskal dengan tema diskusi “Kenapa Asumsi Makro Berubah??”

Penyaji memaparkan mengenai pengertian asumsi makro, hal-hal yang mempengaruhi asumsi makro, perkembangan ekonomi global terkini, dan mengapa asumsi makro yang telah ditetapkan pemerintah mengalami perubahan.

Asumsi dasar ekonomi makro adalah besaran yang digunakan untuk menghitung besaran APBN. Besaran ekonomi makro yang digunakan untuk menghitung APBN adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, rata-rata nilai tukar rupiah, suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) 3 bulan, harga minyak, dan lifting minyak.

Besaran asumsi makro ditetapkan berdasarkan perkembangan berbagai sektor yang terjadi baik di dalam negeri maupun luar negeri yang berpengaruh pada keadaan ekonomi secara keseluruhan, oleh sebab itu apabila kondisi yang terjadi menampakan kecenderungan meleset dari asumsi makro yang telah ditetapkan maka pemerintah dapat melakukan perubahan terhadap asumsi makro tersebut.

Hal-hal yang mendasari perubahan asumsi makro adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya perubahan ekonomi dunia yang disebabkan:
• Perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia
• Kenaikan harga minyak dunia
• Kenaikan harga komoditi pangan dunia
b. Penurunan produksi minyak dunia
c. Peningkatan konsumsi minyak dunia

Terjadinya krisis kredit subprime di Amerika Serikat mengakibatkan institusi keuangan internasional seperti Merill Lynch, Citigroup, UBS, Morgan Stanley dan institusi keuangan lainnya yang mayoritas berada di Amerika Serikat dan Swiss mengalami kerugian yang cukup besar, hal tersebut mendorong masuknya dana institusi keuangan Asia seperti Abu Dhabi Invesment Authority, Singapore Government Invesment Corp, China Investment Corp dan institusi keuangan lainnya untuk menyalurkan dananya guna membantu mengatasi dampak kerugian yang terjadi. Dengan masuknya dana Asia tersebut secara pasti menyebabkan beralihnya pusat keuangan dunia ke China, Singapore dan Uni Emirat Arab.

Harga minyak dunia yang terus mengalami kenaikan sejak tahun 2007 hingga sempat menyentuh harga USD 100 per barel turut pula mempengaruhi perekonomian global. Kenaikan harga minyak dunia tersebut menyebabkan harga komoditi pangan ikut pula mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Faktor geopolitik yang terjadi di Timur Tengah, terganggunya produksi dari Laut Utara dan tingginya permintaan dari Emerging Markets menyebabkan terjadinya peningkatan harga minyak dunia. Sedangkan peningkatan harga komoditas yang terjadi disebabkan karena tingginya permintaan dari Emerging Markets seperti dari China dan India, peningkatan urban popoulation yang cenderung menaikkan permintaan, pertumbuhan ekonomi negara-negara Afrika berkat investasi besar-besaran dari China dan efek konversi energi dari penggunaan minyak menjadi jagung.

Dampak perekonomian global yang terjadi kepada perekonomian Indonesia khususnya karena krisis subprime Amerika Serikat berawal dari Pasar Uang dan Pasar Modal yang akan mempengaruhi stabilitas ekonomi makro, kestabilan ekonomi makro sangat diperlukan bagi APBN untuk menggerakan sektor riil yang akan memacu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Secara umum pengaruh ekonomi global yang berdampak pada perekonomian Indonesia terdapat pada sektor-sektor:
a. Pasar Uang, yakni adanya gejolak volatilitas di pasar valas, menurunnya arus modal masuk (capital inflow) ke Indonesia dan kecenderungan import minyak yang akan tetap tinggi sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi cadangan devisa.
b. Pasar Modal, yakni Pemodal Asing yang sangat sensitif pada gejolak di Amerika Serikat dan Pasar Modal Regional, sehingga mereka akan sangat berhati-hati menanamkan modalnya.
c. Ekspektasi Inflasi, yakni meningkatnya harapan terhadap angka inflasi yang dapat ditekan karena volatilitas nilai tukar dan peningkatan harga komoditas pangan.
d. APBN, yakni meningkatnya defisit APBN yang disebabkan membengkaknya subsidi BBM dan listrik, selain itu pembiayaan APBN dari obligasi menjadi lebih mahal dan sulit.
e. Perdagangan, yakni terpengaruhnya volume ekspor non migas dan pasar tujuan ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa akan mengalami penurunan.
f. Perbankan, yakni kebijakan bank yang lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya karena naiknya risiko usaha.
g. Sektor Riil, yakni dunia usaha akan berpengaruh karena naiknya bahan baku, biaya transpor, bahan makanan dan biaya lainnya.

Asumsi dan realisasi lifting minyak Indonesia tahun 2008 mengalami perbedaan jarak yang cukup jauh, tahun 2008 asumsi lifting minyak Indonesia berada sekitar 1,034 juta barel per hari sedangkan realisasi sekitar 0, 910 juta barel per hari.

Konsumsi BBM untuk kendaraan dan pembangkit listrik sejak tahun 2007 hingga awal tahun 2008 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, peningkatan konsumsi BBM akan mendorong terjadinya peningkatan volume import BBM untuk menutupi kebutuhan dalam negeri sehingga akan berpengaruh pada biaya subsidi yang diberikan untuk BBM dan menurunya cadangan devisa dalam negeri karena digunakan untuk membiayai import tersebut.

Kondisi ekonomi makro yang terjadi seperti telah dipaparkan tersebut akan memberikan dampak secara keseluruhan pada perekenomian dalam negeri saat ini sehingga asumsi makro APBN yang telah disusun secara pasti akan mengalami perubahan mengikuti perkembangan ekonomi saat ini.

0 komentar:

Template by: Abdul Munir Admin: Clodi